Pendahuluan
Selama manusia belum bisa
mengetahui masa depannya, selama itu pula manusia di dunia akan terus beragama,
agama adalah kepercayaan yang di pegang oleh seseorang untuk menjalankan segala
aktifitasnya, tidak hanya aktifitas yang berhubungan dengan spiritual, namun
meliputi aspek-aspek yang lain seperti sosial, ekonomi dan lain-lain. Menurut
beberapa ahli sejarah agama, bahwa agama telah ada dan sama tuanya dengan umur
masyarakat manusia di dunia ini, dari sejak masyarakat primitif sampai dengan
masyarakat modern. Dengan semakin banyaknya kunci-kunci ilmu pengetahuan moderen, yang dapat membuka pintu-pintu
tertutup dari masa lampau, maka semakin banyak kita dapat mempelajari tentang
agama-agama purba dalam masyarakat manusia di atas bumi ini.
Begitu pula yang terjadi di wilayah Indonesia, sebelum agama-agama yang
dibawa oleh para pendatang asing, penduduk pribumi cenderung menganut kepercayaan
Animisme dan Dinamisme. Namun sesudah agama-agama itu diajarkan secara
intensif, banyak penduduk pribumi menganut agama tertentu dengan atau tanpa
meninggalkan (masih menganut) kepercayaan lamanya. Kepercayaan purbani yang
telah diberikan oleh leluhurnya secara turun-menurun.
Tidak diketahui secara pasti,
kapan agama-agama yang dibawa oleh para pendatang asing itu memasuki Indonesia.
Satu hal yang bisa diketahui, bahwa agama Hindu dan agama Buddha merupakan agama
yang pertama kali memasuki Indonesia. Baru sesudah itu; agama Islam, Kristen,
Katolik, dan Khong Hu Cu masuk di Indonesia dan banyak dianut oleh penduduk
pribumi.
Agama Hindu yang lahir di wilayah India itu telah melahirkan kebudayaan yang
sangat kompleks pada bidang astronomi, ilmu pertanian, ilmu filsafat, dan
ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan teramat mendetail jangkauan pemaparannya,
maka agama Hindu terkadang terasa sulit untuk dipahami. Oleh karena itu kami
membuat makalah ini, selain untuk memenuhi tugas sejarah agama-agama yakni
bertujuan untuk memperkaya keilmuan kita mengenai khazanah agama-agama di dunia
ini, baik bersifat purba maupun modern.
A.
Sejarah agama Hindu di
India
Menurut catatan
sejarah, manusia pertama yang menduduki wilayah india pada kira-kira
40.000-60.000 tahun silam saat periode paleolik adalah ras australoid.
Ras manusia ini diperkirakan memiliki hubungan dengan penduduk Australia, India
diduduki oleh kelompok manusia dari ras Kaukasoid (bangsa Elamo-Dravida
pada 4000-6000 SM, Indo-Arya pada 2000-1500 SM) serta ras Mongoloid
(Sino-Tibet).[1]
Agama hindu tumbuh
dari dua arus utama yang membentuknya, yaitu agama (bangsa) Dravida dan
agama (bangsa) Arya. Dalam perkembangannya di India lalu ada usaha-usaha
yang digunakan untuk memasukkan berbagai macam kepercayaan yang ada, adapun
unsur penting yang merupakan ajaran yang dominan dalam agama Hindu adalah unsur teologi, filsafat, social, lembaga
social dan etika atau moral. Agama Hindu
mempercayai realitas tertinggi hanya satu, akan tetapi tidak membatasi
“yang satu” sebagai realitas yang dimaksud sebagai Tuhan yang personal.[2]
Agama Hindu
berkembang sejak 1500 S.M. bersamaan dengan masuknya suku bangsa Arya ke India
Utara. Mereka mula-mula meduduki daerah sungai Indus, yang kemudian bercampur
dengan penduduk asli yang terdiri dari suku Dravida dan suku lain-lain yang
tinggal di India Utara. Kepercayaan bangsa Arya yang berpadu dengan kepercayaan
penduduk asli menjadi semacam syncretisme (penyatuan aliran) yang membentuk
agama Hindu. Dengan kata lain konsepsi-konsepsi kebudayaan yang dibawa bangsa
Arya dalam bentuk kepercayaan terhadap dewa-dewa alam yang banyak dipengaruhi
oleh kebudayaan Yunani mangalami peleburan (syncretisme ) dengan kebudayaan
asli yang berisi kepercayan tentang hal-hal ghaib yang berbentuk animism,
dynamism srta fetisysme di samping pemujaan kepada naga, peri dan sebagainya.[3]
Dalam sejarah
literaturnya, Agama Veda mulanya dipengaruhi oleh agama-agama Arya karena
beragam literaturnya menjadi kitab suci bangsa Arya yang paling tua, tapi dalam
perkembangan agama Hindu tidak hanya dipengaruhi oleh oleh keyakinan bangsa
Arya.
Agama India
terhapus oleh dua tahapan besar. Pertama, terdapat keanekaragaman keyakinan
bangsa Arya Indo-Iran, dimana keyakinan leluhur bangsa Persia dan India
bercampur dan pada periode sebelumnya, bangsa Arya telah menduduki India.
Dengan demikian agama veda (Hindu) terbentuk dari campuran budaya Persia dan
India.[4]
Terdapat suatu
pendapat yang mengatakan, perkembangan agama Hindu di India dapat dibagi
kedalam 4 fase, yakni :
1)
Zaman Weda, pada zaman ini
bangsa Indo-Arya telah memiliki paredaban yang tinggi dan menyembah dewa-dewa.
2)
Zaman Brahmana yakni zaman
ketika kekuasaan kaum Brahmana sangat besar pada kehidupan keagamaan.
3)
Zaman Upanishad, semasa
zaman Upanishad yang mendapatkan perhatian tidak sebatas pada upacara dan
sesaji, melainkan pula tentang pengetahuan batin yang dapat membuka tabir
rahasia alam gaib.
4)
Zaman Buddha, yakni bermula
ketika putra Raja Sudhodana yang bernama Shiddarta menafsirkan Weda dari sudut
logika dan mengembangkan sitem semedi sebagai jalan untuk menghubungkan diri
degan Tuhan.[5]
B.
Sejarah masuknya agama
Hindu di Indonesia
Agama Hindu yang
semula disyiarkan oleh bangsa Indo-Arya di India terus mengalami perkembangan
signifikan. Melalui penyiarannya, agama Hindu tidak hanya berkembang di India,
melainkan masuk dan menyebar ke Negara-negara lain seperti Asia Tengah,
Tiongkok, Jepang, dan tidak ketinggalan Negara Indonesia. Terdapat beberapa
teori yang menjelaskan mengenai sejarah masuknya agama Hindu di Indonesia pada
abad ke-4 SM tersebut beberapa teori tersebut adalah :
1.
Teori waisya
Berdasarkan teori waisya yang
dikemukakan oleh krom dalam bukunya “Hindu Javanesche Geschiedenis” menyebutkan
bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia melalui penyusupan dengan jalan
damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (waisya) dari India.
2.
Teori Brahmana
Menurut Van Leur, agama Hindu bisa
masuk ke Indonesia karena dibawa oleh Brahmana. Teori tersebut berdasarkan
asumsi bahwa para Brahmana yang memahami benar tentang kitab Weda dan memiliki
tanggung jawab atas penyiaran agama Hindu di dunia, terutama di Indonesia.
3.
Teori Ksatri
Teori Ksatria dikemukakan oleh
Majundar, Moekrji, dan Nehru. Mereka sepakat menyebutkan bahwa agama Hindu
dibawa oleh para prajurit India yang ingin menaklukkan Indonesia sambil
menyebarkan agama tersebut.
4.
Teori Sudra
Teori sudra menyebutkan bahwa
masuknya agama Hindu di Indonesia, karena dibawa oleh para budak (golongan
sudra).
5.
Teori Arus Balik
Teori arus balik menyatakan, bahwa
masuknya agama Hindu di Indonesia karena penduduk Indonesia sendiri. Mereka
datang ke India untuk mempelajari agam Hindu dan kemudian pulang ke Indonesia
untuk menyiarkannya.
6.
Teori Mookerje dan Bosch
Teori Mookerje menyatakan bahwa
masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia di bawa oleh para pedagang
India dengan armada yang besar.
7.
Teori Moens dan Bosch
Moens dan Bosch menyatakan melalui teorinya,
bahwa peranan kaum ksatria sangat besar pengaruhnya terhadap penyabaran agama
Hindu dari India ke Indonesia. Selain itu, mereka menyebutkan bahwa penyebaran
agama Hindu di Indonesia tidak terlepas dari peran rohaniawan dari India[6]
C.
Perkembangan agama Hindu di
Indonesia (Abad 8-15 M)
Hingga sekarang
ini belum ada penjelasan yang memuaskan perihal perkembangan sejarah politik
dan kebudayaan setelah keruntuhan Kerajaan Tarumanegara di Jawa bagian Barat
hingga berdirinya kerajaaan Mataram Kuno di wilayah jawa bagian tengah. Berita
tentang perkembangan agama baru didapatkan dalam uraian prasasti Canggal yang
berangka tahun 732 M. sebenarnya secara samar-samar dapat diketahui telah ada
pemuliaan terhadap dewa-dewa Hindu
Trimurti lewat ungkapan prasasti Tuk Mas yang mungkin berasal dari sekitar
tahun 700 M. Dalam prasasti Tuk Mas digambarkan adanya berbagai benda-benda (laksana)
yang biasanya dipegang oleh dewa-dewa Trimurti
(Brahma, Visnu, Siva). Dengan demikian, dapat ditafsirkan bahwa Hindu
Trimurti telah dikenal oleh penduduk Jawa kuno masa itu.[7]
Namun tonggak
perkembangan agama Hindu di Indonesia dimulai sejak abad ke-4 Masehi. Mulai
abad inilah Indonesia memasuki zaman sejarah dan mengenal sistem kerajaan yang
berbasis pada agama Hindu. Adapun kerajaan-kerajaan yang menerapkan sistem
pemerintahan dengan berbasis agama Hindu antara lain:
1)
Kerajaan kutai (Kalimantaan
Timur)
Dinyatakan abad ke-4 Masehi sebagai
tonggak perkembangan agama Hindu, arena pada masa itu ditemukannya prasasti
batu berbentuk tujuh yupa[8]
di tepi Sungai Mahakam (Kalimantan Timur)
2)
Kerajaan Tarumanegara (Jawa
Barat)
Perkembangan
agama Hindu di Jawa Barat diperkirakan terjadi sekitar abad ke-5 Masehi.
Perkembangan ini ditandai dengan 2 hal, yakni pertama, adanya kerajaan Hindu
Tarumanegara yang dikuasai oleh Purnawarman. Kedua, dibangunnya 7 prasasti batu
(Saila Prasasti), yang kesemuanya ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan
bahasa Sansakerta.
3)
Kerajaan di Jawa Tengah
Kerajaan
di Jawa Tengah yang merupakan bukti tentang perkembangan agama Hindu tersebut
telah berdiri pada sekitar tahun 650 Masehi. Hal ini dapat ditunjukkan pada
Prasasti Tuk Masdi lereng Gunung Merbabu yang menggunakan huruf Pallawa dan
bahasa Sansakerta.
4)
Kerajaan-Kerajaan Hindu di
Jawa Timur
Perkembangan
Agama Hindu di Jawa Timur dapat ditunjukkan pada Prasasti Dinoyo dekat kota
Malang. Prasasti berangka tahun 682 Saka (760 Masehi) ini menerangkan, bahwa
terdapat kerajaan Kanjuruhan dengan rajanya Dewa Simha yang menganut agama
Hindu dengan memuja Dewa Siwa.
5)
Kerajaan Hidu di Bali
Prasasti Banjong yang berisi tulisan
berbahasa Bali kuno dan Sansakerta merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Hindu
di Bali. Sebelum ditemukannya Prasasti Blanjong, terdapat beberapa prasasti di
Bali namun tidak tertulis tahun pembuatannya. Namun pada zaman tersebut
Kerajaan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong, dengan
demikian, agama Hindu dapat berkembang pesat karena aspek keagamaan dapat
ditata kembali oleh Dang Hyang Nirata.[9]
D.
Ajaran-ajaran dan pedoman
dalam agama Hindu
1.
kitab pedoman agama Hindu
Setiap agama
dibangun melalui sabda Tuhan (Wahyu). Sabda sabda Tuhan ini dikumplkan dalam
suatu kitab suci dari massing-masing agama. Kitab suci agama Hindu adalah weda.
Kata weda atau “veda” dapat dikaji dari dua pendekatan, yaitu etimologi dan
semantik. Secara etimologis, kata “veda” berasal dari kata “vid” yang
artinya “mengetahui”, dan veda yang berarti “pengetahuan”. Dalam
pengertian semantik, veda berarti pengetahuan suci, kebenaran sejati,
pengetahuan tentang ritual, kebijaksanaan tertinggi, pengetahuan spiritual
sejati tentang kebenaran abadi, ajaran suci atau kitab suci yang menjadi sumber
ajaran agama Hindu. Adapun bahasa yang digunakan dalam kitab weda/veda adalah
bahasa Sansakerta.[10]
2.
Tokoh utama dalam agama
Hindu
Resi, Arya dan
Acarya
ü
Dalam agama Hindu terdapat
kepercayaan bahwa agama itu “diwahyukan” melalui “orang-orang yang melihat dan
tahu akan kebenaran”, yang disebut Resi. Karena Resi adalah orang yang
“mendengar” pengetahuan lalu sering disebut dengan “sruti”.[11]
ü
Arya adalah nama dari ras
yang telah menaklukkan ras asli India. Gelar “Indo-Eropa” menunjukkan bahwa ras
ini kini berdiam di India dan Eropa. Adapun asal-usul bangsa Arya berasal di
belahan dunia bagian Timur , namun menurut professor Max Muller menggambarkan
bahwa ras superior ini muncul dari dataran tinggi di Asia sebelum menguasai
hamper seluruh Eropa, sementara yang lainnya turun menuju Persia dan
datarn-dataran luas di India.[12]
3.
Konsepsi Hinduisme tentang
Masyarakat
Menurut ajaran
HInduisme di India, dalam masyarakat terdapat tingkat-tingkat golongan yang
bersifat Hierarki vertical. Masing-masing golongan (kasta) satu sama lain tidak
ada hubungan social secara demokratis, sehingga satu sama lain merupakan
golongan (kasta) yang menutup diri terhadap yang lainnya. Dengan kata lain
kasta-kasta tidak boleh bergaul dengan kasta lain dibawahnya. Adapun pembagian kasta-kasta
tersebut adalah:
1.Brahmana
2.Ksatrya 3.Waisya dan 4.Sudra.[14]
4.
Cita-cita Hinduisme serta
acara-acara untuk mencapainya
Tujuan beragama
dalam Hinduisme ialah mencapai kelepasan dari samsara yaitu penjelmaan
berkali-kali (reinkarnasi). Penjelmaan berkali-kali dipandang sebagai suatu
penderitaan yang sangat meyedihkan bagi hidup manusia. Maka dari itu Samsara
harus segera diakhiri. Dengan terlepasnya dari Samsara berarti manusia telah
mecapai mokhsa (tidak menjelma). Yaitu telah mencapai Nirwana (kebahagiaan
abadi).
Adapun
jalan untuk mencapai tujuan tersebut ada 4 yaitu :
a) Jalan kepad dewa dengan melalui ilmu pengetahuan
b) Jalan kepada dewa dengan melalui cinta kasih
c) Jalan kepada dewa dengan melalui bekerja sekeras-kerasnya
[1]
Djenar Respati, 2014, SEJARAH AGAMA-AGAMA DI INDONESIA, araska.Yogyakarta
[2]
Ed. Khairullah Zikri DKK, 2012, AGAMA-AGAMA DUNIA, jurusan perbandingan agama
UIN Sunan Kalijaga/belukar.Yogyakarta.
[3]
H.M.Arifin M.ed.1997, Menguak Misteri Agama-Agama Besar.PT Golen Terayon Press.
Jakarta.Hlm.56
[4]
H.M.Arifin M.ed.1997, Menguak Misteri Agama-Agama Besar.PT Golen Terayon Press.
Jakarta.Hlm.56
[5]
Djenar Respati, 2014, SEJARAH AGAMA-AGAMA DI INDONESIA,
araska.Yogyakarta.Hlm.35-36
[6]
Djenar Respati, 2014, SEJARAH AGAMA-AGAMA DI INDONESIA, araska.Yogyakarta
Hlm.49-52
[7]
Agus Aris Munandar DKK.2009, Sejarah Kebudayaan Indonesia, PT Raja Grafindo.
Jakarta. Hlm.40
[8] Yupa
adalah batu tertulis yang berbentuk tiang yang digunakan dalam upacara agama.
[9]
Djenar Respati, 2014, SEJARAH AGAMA-AGAMA DI INDONESIA, araska.Yogyakarta
Hlm.52-57
[10]
Djam’annuri,2002, AGAMA KITA (perspektif sejarah agama-agama). Kuria Kalam
Semesta, Yogyakarta.Hlm.41
[11]
Ed. Khairullah Zikri DKK, 2012, AGAMA-AGAMA DUNIA, jurusan perbandingan agama
UIN Sunan Kalijaga/belukar.Yogyakarta.
[12]
Allan Menzies,2014, SEJARAH AGAMA-AGAMA, forum. Yogyakarta
[13]
Darsana merupakan hasil tafsiran dari resi yang nampak pada kalangan umat Hindu
sebagai aliran-aliran atau madzab filsafat
[14]
H.M.Arifin M.ed.1997, Menguak Misteri Agama-Agama Besar.PT Golen Terayon Press.
Jakarta.Hlm.68
[15]
H.M.Arifin M.ed.1997, Menguak Misteri Agama-Agama Besar.PT Golen Terayon Press.
Jakarta.Hlm.69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar